Pertanyaan terabsurd dan termiris yang pernah gua dengar, sesulit itu kah untuk mendapatkan seorang kekasih? Ya memang sangat sulit, selalu tergantung dari bagaimana usaha untuk mendapatkannya. Jika ada pertanyaan itu gua yakin feedback dari orang-orang terdekat adalah “sabar aja, jodoh ga akan kemana, nanti pasti dateng lah jodoh lu” what the hell dengan jawaban itu. Coba kalo lu ada di sisi si pemberi pertanyaan, ga akan dia mau denger jawaban klise seperti itu.
Sesungguhnya kenyataan yang terbaik adalah kenyataan yang sesuai dengan selera.
Sesungguhnya keinginan yang terbaik adalah keinginan yang tidak terlampau tinggi.
Dibalik awan senja mulai terlihat bayangan yang kompleks
Senja datang bersama dengan iringan parade busana terkenal
Dengan alunan suara harmonika terlihat bayangan itu berlari
Berlari seakan akan tertinggal kereta senja
Kesederhanaan terlihat dari sosok bayangan itu
Ya, sepertinya sosok itu yang telah mengiringi kekompleksitas ini
Hari itu seperti senja di kota Verona
Setiap detiknya penuh dengan keromantisan
Mencoba memuat tulisan-tulisan mengenai curhatan, puisi, liputan, reportase, atau apa lah itu namanya.. semoga dapat berkenan dihati anda..
Selasa, 31 Mei 2011
Kamis, 17 Februari 2011
Tas ku.. Idola ku..
Awal bulan Januari 2008 saya membeli sebuah tas berwarna hitam yang berukuran lumayan besar. Pertama melihatnya di sebuah distro di kawasan Bintaro saya langsung tertarik dengan tas berwarna hitam itu, karena bentuknya yang sederhana, ukurannya tidak terlalu kecil, dan harganya yang terjangkau oleh kantong saya. Tanpa banyak waktu untuk memilih tas yang lain saya langsung membeli tas hitam tersebut dan membawanya kerumah. Tas hitam ini mempunyai 2 kantong kecil didepannya, jadi bisa digunakan untuk menaruh beberapa barang-barang yang kecil. Biasanya kantong itu saya isi dengan pulpen, dompet, hp, flash disk sampai kunci motor. Kebetulan saya sedikit pelupa maka kantong-kantong kecil tersebut dapat menyelamatkan barang-barang saya sering hilang. Karena ukurannya yang lumayan besar tas ini bisa diisi dengan beberapa barang, setiap hari tas ini saya isi dengan baju kantor, buku-buku kuliah, laptop, dan kadang-kadang diisi dengan sepatu futsal. Semua barang-barang itu bisa masuk kedalam tas sehingga saya tidak perlu repot membawa tas lagi untuk membawa barang-barang yang tidak masuk kedalam tas hitam saya. Bisa dibayangkan bagaimana bentuk tas ini jika diisi dengan beberapa barang tersebut. Setelah 2 tahun lebih akhirnya tas itu rusak juga, karena terlalu sering membawa barang-barang yang banyak. Terima kasih telah menemani hari-hari saya, dari mulai mencari gaji bulanan sampe bermain futsal, dari jalan-jalan yang tidak jelas sampai menuntut ilmu di kampus. Terima kasih, terima kasih banyak dan saatnya mengganti dengan tas yang baru.
Rabu, 16 Februari 2011
JUDI DAN KAMPUS
Peraturan Penindakannya Yang Masih Samar
”Sebetulnya yang jadi masalah adalah sebenarnya perjudian adalah hak, hak bagi setiap orang, tapi masalahnya jangan di lingkungan pendidikan, kita tidak akan larang kalau mereka melakukan hal-hal lain yang merupakan hak mereka. Tapi kalau dikampus konteksnya adalah pendidikan, jadi pertama bermain kartu iseng-iseng lama-lama menuju ke kegiatan negatif. Sebaiknya tidak dilakukan dilingkungan kampus,” kata Rissalwan Habdi Lubis S.Sos M.Si, Manajer kemahasiswaan Fisip UI.
Perjudian adalah penyakit masyarakat yang sangat sulit untuk diberantas, berbagai cara dilakukan oleh para penegak hukum untuk menindak para perjudian. Kelihaian para pemain judi inilah yang menjadi permasalahan bagi para aparat penegak hukum untuk menangkap para pemain judi. Semakin banyaknya jenis-jenis judi juga menjadi kendala bagi aparat penegak hukum untuk melacaknya. Perlu ada kerja ekstra keras dari para aparat penegak hukum untuk menindaknya. Partisipasi dari masyarakat yang menjadi ujung tombak bagi aparat penegak hukum untuk menindak perjudian. Masyarakat diharapkan melaporkan kepada penegak hukum tentang adanya perjudian diwilayahnya, sehingga memudahkan para penegak hukum untuk memberantasnya.
Seperti yang terjadi di kampus UI, perjudian yang dilakukan oleh para mahasiswa ini menjadi salah satu permasalahan bagi pihak kampus untuk menanganinya. Belum adanya peraturan yang jelas mengenai perjudian, membuat judi masih banyak terjadi di lingkungan kampus. “Sekarang ini relatif dibiarkanlah begitu. Beberapa satpam masih meneruskan gaya yang lama dengan langsung mengambil kartu tersebut. Tapi peraturan secara kelembagaan itu tidak setegas yang dulu”, kata Rissalwan Habdi Lubis S.Sos M.Si, Manajer kemahasiswaan Fisip UI.
Permasalahan bermain kartu remi atau domino di lingkungan kampus juga terjadi tarik ulur mengenai boleh atau tidaknya, “Ini juga menjadi pembicaraan pada saat rapat di fisip dengan manajer SDM, malah justru kalau bentuk maen bridge itu tidak apa-apa karena termasuk olahraga, Kadang-kadang memang sulit menentukan apa mahasiswa itu benar-benar bermain bridge atau sebenarnya bermain dengan uang dan ditakutkan memang akan menjurus keperjudian pada saat bermain kartu”, kata Namin.
Mengenai bentuk penindakan bagi mahasiswa yang berjudi, menurut Namin, Kepala Satpam UI, “kalau tentang perjudian itu ada peraturan hukumnya di Undang-Undang. Sebenarnya ada dua permasalahan bagi mahasiswa, mungkin di internal bisa terkena peraturan akademik, kalau itu dilanjutkan ke pihak berwajib pasti akan kena kasus hukum juga”.
Peraturan mengenai penindakannya masih belum tergas, “kita sudah sering bicara tapi gimana saya cuman anggota disini, kordinator satpam pun hingga lelah untuk terus mengingatkan kepada para pimpinan agar UU tentang perjudian diperjelas. paling saya dan rekan-rekan hanya melakukan penanganan preventif saja”, kata Yofri, satpam fisip UI.
Mengenai peraturan yang ada tentang perjudian di dalam lingkungan UI, mahasiswa sebenarnya mengetahui, “tahu, pernah, ya paling kalau ketahuan lagi cuma diambil aja kartunya”, kata Budi, mahasiswa fisip UI.
Kesulitan-kesulitan para satpam dalam hal penanganannya sangat sulit, “memang agak sulit untuk mendeteksi mereka, kadang-kadang mereka mainnya dengan bentuk korek tapi informasinya itu bisa diuangkan, jadi kita sulit untuk membuktikannya, kecuali jika benar-benar ada uang pada saat kita gerebek bisa dikasuskan juga sebenarnya”, kata Namin.
Pelaku-pelaku judi di dalam lingkungan kampus sebenarnya bukan hanya dari mahasiswanya saja, ada juga dari para pengemudi yang manganter mahasiswa (supir), dan tukung ojek. Selama ini menurut data dari Unit Pembinaan Kampus (UPH), belum ada mahasiswa yang benar-benar tertangkap tangan melakukan judi dikampus. Hanya para supir-supir dari mahasiswa dan tukang ojek yang pernah tertangkap tangan sedang berjudi.
Permainan judi sering dimainkan dikampus bermacam-macam bentuknya, ada yang menggunakan kartu remi, kartu domino, sampai judi online. “Yang selama ini dari beberapa laporan, yang sering sih bermain dengan judi kartu remi”, kata Namin. Judi online juga sangat mungkin terjadi dilingkungan kampus, terlebih sudah adanya fasilitas internet gratis yang diberikan oleh pihak kampus. Namun, kembali masalah peraturan yang belum jelas membuat para satpam sulit untuk melakukan pencegahan dan penindakan. “sebenarnya itu menjadi kendala juga dari pihak keamanan dari masalah pengamanan terhadap masalah judi online tersebut. Kalau menurut saya terkait masalah itu perlu adanya pembatasan waktu penggunaan internet, atau dari pihak rektorat dapat memblokir untuk penggunaannya situs judi online tersebut”, kata Namin.
Dari data-data yang didapat dari para mahasiswa, yang terdiri dari Baron, Muzakir, Agan, dan Budi (semuanya nama samara), perputaran uang dari perjudian yang dilakukan dikampus sangat luar biasa.
Jenis Judi Jenis Permainan Omset/10 kali permaian/meja
Kartu 99 Rp. 100.000
Samghong (30) Rp. 1.000.000
Sapsa Rp. 150.000
Remi Rp. 200.000
Online Sepakbola Rp. 25.000 s/d Rp. 2.500.000
Dadu Rp. 3000 s/d Rp. 50.000
Pacuan kuda Rp. 50.000 s/d Rp. 500.000
Basket Rp. 50.000 s/d kelipatan dari jumlah taruhan
Berdasarkan data-data tersebut menunjukkan jumlah perputaran uangnya sangat besar, seharusnya pihak kampus lebih peduli terhadap tindakan perjudian yang ada lingkungan kampus. Ditakutkan perjudian yang hanya dilakukan oleh kalangan tertentu saja akan melebar ke semua kalangan mahasiswa.
Bentuk-bentuk peraturan yang masih belum jelas, menjadi salah satu penyebab perjudian masih ada di lingkungan kampus. Pihak rektorat atau kampus seharus lebih memperhatikan permasalahan tentang tindak perjudian dikampus. Kampus seharusnya dijadikan sebagai tempat untuk menuntut ilmu, bukan tempat untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum. Perlu adanya pertisipasi dari mahasiswa agar perjudian dapat dihilangkan dari lingkungan kampus. “Di periode dekan yang sekarang ini kita harapannya kalo pun ada aturan tentang kehidupan mahasiswa, harapannya itu peraturan dibuat oleh mahasiswa, jadi betul-betul dari bawah. Kita pernah ada satu contoh kasus tentang rokok, kesimpulannya rokok tidak bisa diatur. Ini memberitahukan bahwa kalau peraturan dibuat dari atas tidak ada gunanya. Implikasinya kontrol sosial tetap dibawa, karena fakultas bukan negara yang punya unsur penegakan hukum. Kalau pun mau, penegakan hukum itu berupa kontrol sosial dari kelompok mahasiswa sendiri”, kata Rissalwan Habdi Lubis S.Sos M.Si.
”Sebetulnya yang jadi masalah adalah sebenarnya perjudian adalah hak, hak bagi setiap orang, tapi masalahnya jangan di lingkungan pendidikan, kita tidak akan larang kalau mereka melakukan hal-hal lain yang merupakan hak mereka. Tapi kalau dikampus konteksnya adalah pendidikan, jadi pertama bermain kartu iseng-iseng lama-lama menuju ke kegiatan negatif. Sebaiknya tidak dilakukan dilingkungan kampus,” kata Rissalwan Habdi Lubis S.Sos M.Si, Manajer kemahasiswaan Fisip UI.
Perjudian adalah penyakit masyarakat yang sangat sulit untuk diberantas, berbagai cara dilakukan oleh para penegak hukum untuk menindak para perjudian. Kelihaian para pemain judi inilah yang menjadi permasalahan bagi para aparat penegak hukum untuk menangkap para pemain judi. Semakin banyaknya jenis-jenis judi juga menjadi kendala bagi aparat penegak hukum untuk melacaknya. Perlu ada kerja ekstra keras dari para aparat penegak hukum untuk menindaknya. Partisipasi dari masyarakat yang menjadi ujung tombak bagi aparat penegak hukum untuk menindak perjudian. Masyarakat diharapkan melaporkan kepada penegak hukum tentang adanya perjudian diwilayahnya, sehingga memudahkan para penegak hukum untuk memberantasnya.
Seperti yang terjadi di kampus UI, perjudian yang dilakukan oleh para mahasiswa ini menjadi salah satu permasalahan bagi pihak kampus untuk menanganinya. Belum adanya peraturan yang jelas mengenai perjudian, membuat judi masih banyak terjadi di lingkungan kampus. “Sekarang ini relatif dibiarkanlah begitu. Beberapa satpam masih meneruskan gaya yang lama dengan langsung mengambil kartu tersebut. Tapi peraturan secara kelembagaan itu tidak setegas yang dulu”, kata Rissalwan Habdi Lubis S.Sos M.Si, Manajer kemahasiswaan Fisip UI.
Permasalahan bermain kartu remi atau domino di lingkungan kampus juga terjadi tarik ulur mengenai boleh atau tidaknya, “Ini juga menjadi pembicaraan pada saat rapat di fisip dengan manajer SDM, malah justru kalau bentuk maen bridge itu tidak apa-apa karena termasuk olahraga, Kadang-kadang memang sulit menentukan apa mahasiswa itu benar-benar bermain bridge atau sebenarnya bermain dengan uang dan ditakutkan memang akan menjurus keperjudian pada saat bermain kartu”, kata Namin.
Mengenai bentuk penindakan bagi mahasiswa yang berjudi, menurut Namin, Kepala Satpam UI, “kalau tentang perjudian itu ada peraturan hukumnya di Undang-Undang. Sebenarnya ada dua permasalahan bagi mahasiswa, mungkin di internal bisa terkena peraturan akademik, kalau itu dilanjutkan ke pihak berwajib pasti akan kena kasus hukum juga”.
Peraturan mengenai penindakannya masih belum tergas, “kita sudah sering bicara tapi gimana saya cuman anggota disini, kordinator satpam pun hingga lelah untuk terus mengingatkan kepada para pimpinan agar UU tentang perjudian diperjelas. paling saya dan rekan-rekan hanya melakukan penanganan preventif saja”, kata Yofri, satpam fisip UI.
Mengenai peraturan yang ada tentang perjudian di dalam lingkungan UI, mahasiswa sebenarnya mengetahui, “tahu, pernah, ya paling kalau ketahuan lagi cuma diambil aja kartunya”, kata Budi, mahasiswa fisip UI.
Kesulitan-kesulitan para satpam dalam hal penanganannya sangat sulit, “memang agak sulit untuk mendeteksi mereka, kadang-kadang mereka mainnya dengan bentuk korek tapi informasinya itu bisa diuangkan, jadi kita sulit untuk membuktikannya, kecuali jika benar-benar ada uang pada saat kita gerebek bisa dikasuskan juga sebenarnya”, kata Namin.
Pelaku-pelaku judi di dalam lingkungan kampus sebenarnya bukan hanya dari mahasiswanya saja, ada juga dari para pengemudi yang manganter mahasiswa (supir), dan tukung ojek. Selama ini menurut data dari Unit Pembinaan Kampus (UPH), belum ada mahasiswa yang benar-benar tertangkap tangan melakukan judi dikampus. Hanya para supir-supir dari mahasiswa dan tukang ojek yang pernah tertangkap tangan sedang berjudi.
Permainan judi sering dimainkan dikampus bermacam-macam bentuknya, ada yang menggunakan kartu remi, kartu domino, sampai judi online. “Yang selama ini dari beberapa laporan, yang sering sih bermain dengan judi kartu remi”, kata Namin. Judi online juga sangat mungkin terjadi dilingkungan kampus, terlebih sudah adanya fasilitas internet gratis yang diberikan oleh pihak kampus. Namun, kembali masalah peraturan yang belum jelas membuat para satpam sulit untuk melakukan pencegahan dan penindakan. “sebenarnya itu menjadi kendala juga dari pihak keamanan dari masalah pengamanan terhadap masalah judi online tersebut. Kalau menurut saya terkait masalah itu perlu adanya pembatasan waktu penggunaan internet, atau dari pihak rektorat dapat memblokir untuk penggunaannya situs judi online tersebut”, kata Namin.
Dari data-data yang didapat dari para mahasiswa, yang terdiri dari Baron, Muzakir, Agan, dan Budi (semuanya nama samara), perputaran uang dari perjudian yang dilakukan dikampus sangat luar biasa.
Jenis Judi Jenis Permainan Omset/10 kali permaian/meja
Kartu 99 Rp. 100.000
Samghong (30) Rp. 1.000.000
Sapsa Rp. 150.000
Remi Rp. 200.000
Online Sepakbola Rp. 25.000 s/d Rp. 2.500.000
Dadu Rp. 3000 s/d Rp. 50.000
Pacuan kuda Rp. 50.000 s/d Rp. 500.000
Basket Rp. 50.000 s/d kelipatan dari jumlah taruhan
Berdasarkan data-data tersebut menunjukkan jumlah perputaran uangnya sangat besar, seharusnya pihak kampus lebih peduli terhadap tindakan perjudian yang ada lingkungan kampus. Ditakutkan perjudian yang hanya dilakukan oleh kalangan tertentu saja akan melebar ke semua kalangan mahasiswa.
Bentuk-bentuk peraturan yang masih belum jelas, menjadi salah satu penyebab perjudian masih ada di lingkungan kampus. Pihak rektorat atau kampus seharus lebih memperhatikan permasalahan tentang tindak perjudian dikampus. Kampus seharusnya dijadikan sebagai tempat untuk menuntut ilmu, bukan tempat untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum. Perlu adanya pertisipasi dari mahasiswa agar perjudian dapat dihilangkan dari lingkungan kampus. “Di periode dekan yang sekarang ini kita harapannya kalo pun ada aturan tentang kehidupan mahasiswa, harapannya itu peraturan dibuat oleh mahasiswa, jadi betul-betul dari bawah. Kita pernah ada satu contoh kasus tentang rokok, kesimpulannya rokok tidak bisa diatur. Ini memberitahukan bahwa kalau peraturan dibuat dari atas tidak ada gunanya. Implikasinya kontrol sosial tetap dibawa, karena fakultas bukan negara yang punya unsur penegakan hukum. Kalau pun mau, penegakan hukum itu berupa kontrol sosial dari kelompok mahasiswa sendiri”, kata Rissalwan Habdi Lubis S.Sos M.Si.
Selasa, 15 Februari 2011
Kampus UI Di mata Sang Penjaga
Kampus UI Depok memiliki luas lahan mencapai 320 hektar dengan atmosfer green campus karena hanya 25% lahan digunakan sebagai sarana akademik, riset dan kemahasiswaan, sisanya yang 75% wilayah UI bisa dikatakan adalah area hijau berwujud hutan kota, dimana di dalamnya terdapat 8 danau alam, menjadikan kampus UI Depok sebagai kawasan yang rawan, terbukti dengan terjadinya beberapa tindak kejahatan, seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, pembuangan mayat dan lain-lain.
Kasus penemuan mayat terakhir adalah penemuan mayat mahasiswi Universitas Gunadarma di depan gerbang masuk UI. Namun, dari keterangan Namin Kepala Lapangan Satpam UI, kasus penemuan mayat yang terakhir adalah penemuan tengkorak manusia di area hutan kota, belantara hutan, yaitu pada akhir tahun 2009. ”yang jelas itu bentuknya sudah tengkorak, indikasinya masih beragam, karena pembunuhan, bisa karena sakit, karena dari hasil pemeriksaan dari Polres Jakarta Selatan belum ada hasilnya. Yang menemukan ada seorang yang bekerja mencari daun salam, kemudian melaporkan kepada satpam, lalu kita lanjuti ke pihak kepolisian.”
Dari data-data pihak keamanan kampus, identitas mayat-mayat yang ditemukan di kampus semuanya dari masyarakat luar, tidak ada yang berasal dari sivitas UI. Menurut Dadan Erwandi Kepala Sub Dit Pembinaan lingkungan, hal ini terjadi karena kurangnya personil satpam yang hanya memiliki 330 personil, yang tidak sepadan dengan luasnya wilayah UI. Sebenarnya pihak keamanan sudah melakukan langkah-langkah untuk menghindari kejadian seperti itu dengan membuat pos-pos pada akses masuk dan keluar UI yang ada di Kukel. Pondok Cina, dan Teknik. Namun, sering terjadi benturan dengan warga sekitar yang mencari nafkah di dalam kampus, belum lagi ada beberapa mahasiswa yang menyatakan bahwa UI adalah kampus rakyat jadi siapa saja boleh masuk. Ini yang menjadi dilema para petugas keamanan UI.
Sekarang ini kasus kejahatan yang sedang marak terjadi di kampu UI adalah pengepruk kaca atau memecah kaca mobil, sejauh ini sudah ada 6 kasus yang terjadi, terakhir terjadi di fakultas hukum. Petugas keamanan kampus mengharapkan agar para mahasiswa memarkir kendaraan di lokasi parkir yang sudah disediakan dan tidak meninggalkan barang-barang berharga didalam mobil. Ketika ditanya tentang kemanan kampus, mahasiswi UI Aghita dan Evasari mengatakan bahwa Satpam yang ada di UI diharapkan dapat meningkatkan penjagaan untuk menghindari terjadinya tindakan kriminal.
Kepala Sub Dit PLK UI, Dadan Erwandi, sudah megeluarkan pengumuman resmi tentang kejadian ini dan mengharapakan para warga UI untuk lebih berhati-hati.
Berikut pengumuman dari Sub Dit PLK UI yang diambil dari website UI :
Pengumuman Peningkatan Kualitas Keamanan, Keselamatan dan Ketertiban
Dalam rangka Pembinaan Lingkungan Kampus UI, perlu kami sampaikan beberapa hal mengenai upaya Peningkatan Kualitas Keamanan, Keselamatan dan Ketertiban di Lingkungan Kampus UI Depok dan Salemba sebagai berikut :
1. Tidak meninggalkan barang-barang berharga di dalam kendaraan, seperti laptop dan lainnya.
2. Wajib mengunci kendaraan pada saat memarkir di lokasi parkir yang telah disediakan.
3. Diharapkan untuk waspada saat berjalan di lingkungan Kampus saat siang hari dan terutama di malam hari
4. Diharapkan untuk menghubungi Satuan Pengamanan Subdit PLK atau Fakultas, apabila diperlukan untuk mendampingi saat berjalan di malam hari.
5. Berhati-hati dan waspada saat menyeberang jalan di jalur protokol dalam kampus.
Petugas Satuan Pengamanan Subdit PLK selalu siap membantu seluruh Warga Universitas Indonesia yang membutuhkan bantuan dalam upaya Peningkatan Kualitas Keamanan, Keselamatan dan Ketertiban.
Apabila ada hal yang mencurigakan atau meresahkan terkait dengan Gangguan Keamanan, Keselamatan dan Ketertiban, serta masukan bagi peningkatan pelayanan kami, silahkan melaporkan ke:
Subdit PLK UI
Phone: 021-7875602
Fax: 021-7875603
Email: plk@ui.ac.id, plk.makara@gmail.com.
Kasus penemuan mayat terakhir adalah penemuan mayat mahasiswi Universitas Gunadarma di depan gerbang masuk UI. Namun, dari keterangan Namin Kepala Lapangan Satpam UI, kasus penemuan mayat yang terakhir adalah penemuan tengkorak manusia di area hutan kota, belantara hutan, yaitu pada akhir tahun 2009. ”yang jelas itu bentuknya sudah tengkorak, indikasinya masih beragam, karena pembunuhan, bisa karena sakit, karena dari hasil pemeriksaan dari Polres Jakarta Selatan belum ada hasilnya. Yang menemukan ada seorang yang bekerja mencari daun salam, kemudian melaporkan kepada satpam, lalu kita lanjuti ke pihak kepolisian.”
Dari data-data pihak keamanan kampus, identitas mayat-mayat yang ditemukan di kampus semuanya dari masyarakat luar, tidak ada yang berasal dari sivitas UI. Menurut Dadan Erwandi Kepala Sub Dit Pembinaan lingkungan, hal ini terjadi karena kurangnya personil satpam yang hanya memiliki 330 personil, yang tidak sepadan dengan luasnya wilayah UI. Sebenarnya pihak keamanan sudah melakukan langkah-langkah untuk menghindari kejadian seperti itu dengan membuat pos-pos pada akses masuk dan keluar UI yang ada di Kukel. Pondok Cina, dan Teknik. Namun, sering terjadi benturan dengan warga sekitar yang mencari nafkah di dalam kampus, belum lagi ada beberapa mahasiswa yang menyatakan bahwa UI adalah kampus rakyat jadi siapa saja boleh masuk. Ini yang menjadi dilema para petugas keamanan UI.
Sekarang ini kasus kejahatan yang sedang marak terjadi di kampu UI adalah pengepruk kaca atau memecah kaca mobil, sejauh ini sudah ada 6 kasus yang terjadi, terakhir terjadi di fakultas hukum. Petugas keamanan kampus mengharapkan agar para mahasiswa memarkir kendaraan di lokasi parkir yang sudah disediakan dan tidak meninggalkan barang-barang berharga didalam mobil. Ketika ditanya tentang kemanan kampus, mahasiswi UI Aghita dan Evasari mengatakan bahwa Satpam yang ada di UI diharapkan dapat meningkatkan penjagaan untuk menghindari terjadinya tindakan kriminal.
Kepala Sub Dit PLK UI, Dadan Erwandi, sudah megeluarkan pengumuman resmi tentang kejadian ini dan mengharapakan para warga UI untuk lebih berhati-hati.
Berikut pengumuman dari Sub Dit PLK UI yang diambil dari website UI :
Pengumuman Peningkatan Kualitas Keamanan, Keselamatan dan Ketertiban
Dalam rangka Pembinaan Lingkungan Kampus UI, perlu kami sampaikan beberapa hal mengenai upaya Peningkatan Kualitas Keamanan, Keselamatan dan Ketertiban di Lingkungan Kampus UI Depok dan Salemba sebagai berikut :
1. Tidak meninggalkan barang-barang berharga di dalam kendaraan, seperti laptop dan lainnya.
2. Wajib mengunci kendaraan pada saat memarkir di lokasi parkir yang telah disediakan.
3. Diharapkan untuk waspada saat berjalan di lingkungan Kampus saat siang hari dan terutama di malam hari
4. Diharapkan untuk menghubungi Satuan Pengamanan Subdit PLK atau Fakultas, apabila diperlukan untuk mendampingi saat berjalan di malam hari.
5. Berhati-hati dan waspada saat menyeberang jalan di jalur protokol dalam kampus.
Petugas Satuan Pengamanan Subdit PLK selalu siap membantu seluruh Warga Universitas Indonesia yang membutuhkan bantuan dalam upaya Peningkatan Kualitas Keamanan, Keselamatan dan Ketertiban.
Apabila ada hal yang mencurigakan atau meresahkan terkait dengan Gangguan Keamanan, Keselamatan dan Ketertiban, serta masukan bagi peningkatan pelayanan kami, silahkan melaporkan ke:
Subdit PLK UI
Phone: 021-7875602
Fax: 021-7875603
Email: plk@ui.ac.id, plk.makara@gmail.com.
CERITA DARI SALIHARA
Apa sih, Salihara?
Ditengah gemerlap ibu kota Jakarta, kita dapat menyaksikan berbagai macam hiburan. Kesenian adalah salah satunya. Cobalah tengok di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, di atas sebidang tanah seluas sekitar 3.237 m2, terdapat sebuah komunitas kesenian yang bernama Komunitas Salihara. Komunitas Salihara didirikan pada tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 oleh tokoh-tokoh yang menaruh perhatian lebih terhadap kesenian seperti Goenawan Muhammad, Dahlan Iskan, Ayu Utami, dan beberapa tokoh lainnya. Komunitas ini berawal dari Komunitas Utan Kayu yang didirikan pada tahun 1994 oleh sebagian pengasuh dari Koran Tempo. Namun karena dinilai ruang pada Komunitas Utan Kayu sangat terbatas, kemudian akhirnya komunitas ini bermigrasi ke daerah Jakarta Selatan tepatnya di Jalan Salihara maka dinamakan Komunitas Salihara.
Komunitas Salihara berupaya mencerdaskan khalayak dengan cara berkesenian, seperti tari, musik, teater, sastra, pembacaan karya sastra, filsafat, budaya, serta film, karena dengan seni, khalayak bisa lebih terbuka serta demokratis, mereka juga menilai bahwa seni adalah investasi yang tak ternilai bagi pertumbuhan anak-anak bangsa sejak hari ini.
Salihara memiliki lima bangunan utama, yaitu, Teater Salihara, Serambi Salihara, Galeri Salihara, serta bangunan kantor dan wisma seniman. Yang pertama adalah bangunan Teater Salihara, memiliki dua ruangan, yang pertama adalah Teater Salihara yang biasa digunakan untuk ruang pertunjukan, baik musik ataupun teater. Ruangan kedua, adalah Teater Atap, biasanya digunakan untuk pembacaan karya sastra, musik akustik hingga wayang.
Yang kedua adalah bangunan Serambi Salihara, tempat ini biasa digunakan untuk lecturer, diskusi, launching buku. Yang ketiga adalah bangunan Galeri Salihara, yaitu tempat yang digunkan untuk pameran foto, senirupa, instalasi, atau segala macam yang bisa untuk dipamerkan. “Tapi mulai sekarang kita akan coba galeri tersebut digunakan sebagai gedung pertunjukan juga, kita berlakukan seperti teater, tapi belum dimulai, baru akan dimulai untuk dijadikan seperti itu.” ungkap Riaudita selaku Mar-Comm Salihara. Yang keempat adalah bangunan kantor yang berfungsi sebagai tempat yang mengatur secara manajerial kegiatan yang ada di Komunitas Salihara. Yang kelima adalah banguan wisma yang dapat digunakan bagi seniman yang berasal dari luar Jakarta untuk menginap.
Sampai saat ini Komunitas Salihara masih dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dana dari pemerintah ataupun swasta yang menjadi sponsor tetap. Penghimpunan dana di Komunitas Salihara masih dilakukan secara gotong royong, serta sumbangan dari donator. Selain itu, salah satu usaha sebagai pencarian dana untuk Komunitas Salihara ini diambil dari penyewaan fasilitas serta penjualan tiket.
Sebagai komunitas kesenian, Salihara memiliki berbagai macam kegiatan seni. Program rutin yang diadakan oleh Salihara adalah Festival Salihara dan Binnale Utan Kayu. Festival Salihara, berisi pertunjukan-pertunjukan kesenian baik dari dalam maupun luar negeri. Kegiatan rutin lainnya adalah Binnale Utan Kayu, yang menyajikan pembacaan karya sastra, peluncuran buku, bedah buku, dan lain-lain yang berhubungan dengan sastra. Selain itu, Komunitas salihara juga memiliki program baru yang di mulai pada Januari hingga April 2010, yaitu kuliah umum.
Seniman-seniman yang pernah pentas di Salihara mempunyai rasa bangga tersendiri, seperti yang dialami oleh band asal Yogyakarta, Melancholic Bitch, menilai bahwa salihara adalah ruang seni yang didalamnya terdapat orang-orang yang cukup disegani dalam kebudayaan dan kesenian, sehingga mereka merasa bangga bisa menghibur dan pentas di Salihara.
Redaktur: Arif Perkasa
Reporter: Tommy AW, Pandu T
*sumber foto: Pandi Triyuda
*sumber foto: Pandu Triyuda
Ditengah gemerlap ibu kota Jakarta, kita dapat menyaksikan berbagai macam hiburan. Kesenian adalah salah satunya. Cobalah tengok di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, di atas sebidang tanah seluas sekitar 3.237 m2, terdapat sebuah komunitas kesenian yang bernama Komunitas Salihara. Komunitas Salihara didirikan pada tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 oleh tokoh-tokoh yang menaruh perhatian lebih terhadap kesenian seperti Goenawan Muhammad, Dahlan Iskan, Ayu Utami, dan beberapa tokoh lainnya. Komunitas ini berawal dari Komunitas Utan Kayu yang didirikan pada tahun 1994 oleh sebagian pengasuh dari Koran Tempo. Namun karena dinilai ruang pada Komunitas Utan Kayu sangat terbatas, kemudian akhirnya komunitas ini bermigrasi ke daerah Jakarta Selatan tepatnya di Jalan Salihara maka dinamakan Komunitas Salihara.
Komunitas Salihara berupaya mencerdaskan khalayak dengan cara berkesenian, seperti tari, musik, teater, sastra, pembacaan karya sastra, filsafat, budaya, serta film, karena dengan seni, khalayak bisa lebih terbuka serta demokratis, mereka juga menilai bahwa seni adalah investasi yang tak ternilai bagi pertumbuhan anak-anak bangsa sejak hari ini.
Salihara memiliki lima bangunan utama, yaitu, Teater Salihara, Serambi Salihara, Galeri Salihara, serta bangunan kantor dan wisma seniman. Yang pertama adalah bangunan Teater Salihara, memiliki dua ruangan, yang pertama adalah Teater Salihara yang biasa digunakan untuk ruang pertunjukan, baik musik ataupun teater. Ruangan kedua, adalah Teater Atap, biasanya digunakan untuk pembacaan karya sastra, musik akustik hingga wayang.
Yang kedua adalah bangunan Serambi Salihara, tempat ini biasa digunakan untuk lecturer, diskusi, launching buku. Yang ketiga adalah bangunan Galeri Salihara, yaitu tempat yang digunkan untuk pameran foto, senirupa, instalasi, atau segala macam yang bisa untuk dipamerkan. “Tapi mulai sekarang kita akan coba galeri tersebut digunakan sebagai gedung pertunjukan juga, kita berlakukan seperti teater, tapi belum dimulai, baru akan dimulai untuk dijadikan seperti itu.” ungkap Riaudita selaku Mar-Comm Salihara. Yang keempat adalah bangunan kantor yang berfungsi sebagai tempat yang mengatur secara manajerial kegiatan yang ada di Komunitas Salihara. Yang kelima adalah banguan wisma yang dapat digunakan bagi seniman yang berasal dari luar Jakarta untuk menginap.
Sampai saat ini Komunitas Salihara masih dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dana dari pemerintah ataupun swasta yang menjadi sponsor tetap. Penghimpunan dana di Komunitas Salihara masih dilakukan secara gotong royong, serta sumbangan dari donator. Selain itu, salah satu usaha sebagai pencarian dana untuk Komunitas Salihara ini diambil dari penyewaan fasilitas serta penjualan tiket.
Sebagai komunitas kesenian, Salihara memiliki berbagai macam kegiatan seni. Program rutin yang diadakan oleh Salihara adalah Festival Salihara dan Binnale Utan Kayu. Festival Salihara, berisi pertunjukan-pertunjukan kesenian baik dari dalam maupun luar negeri. Kegiatan rutin lainnya adalah Binnale Utan Kayu, yang menyajikan pembacaan karya sastra, peluncuran buku, bedah buku, dan lain-lain yang berhubungan dengan sastra. Selain itu, Komunitas salihara juga memiliki program baru yang di mulai pada Januari hingga April 2010, yaitu kuliah umum.
Seniman-seniman yang pernah pentas di Salihara mempunyai rasa bangga tersendiri, seperti yang dialami oleh band asal Yogyakarta, Melancholic Bitch, menilai bahwa salihara adalah ruang seni yang didalamnya terdapat orang-orang yang cukup disegani dalam kebudayaan dan kesenian, sehingga mereka merasa bangga bisa menghibur dan pentas di Salihara.
Redaktur: Arif Perkasa
Reporter: Tommy AW, Pandu T
*sumber foto: Pandi Triyuda
*sumber foto: Pandu Triyuda
The Jak Mania Datang, Stadion Gelora Bung Karno Kembali Orange
“Yo ayo.. Ayo Persija.. Ku disini kita harus menang.. Yo ayo.. Ayo Persija.. Ku disini kita harus menang.. ,” suara-suara nyayian para suporter The Jak Mania kembali terdengar di kawasan Stadion Gelora Bung Karno, setelah minggu kemarin para suporter The Jak Mania kecewa dengan dibatalkannya pertandingan Persija Jakarta karena tidak mendapatkan izin dari pihak Kepolisian.
Pada hari Selasa, 16 Maret 2010. Para suporter The Jak Mania kembali dapat menyaksikan tim kesayangannya Persija Jakarta kembali berlaga melawan Persipura Jayapura di Stadion Gelora Bung Karno. Akhirnya pihak Kepolisian mengeluarkan izin melaksanakan pertandingan kepada panpel pertandingan Persija Jakarta.
Persija Jakarta sering kali tidak mendapatkan izin melaksanakan pertandingan dikandangnya sendiri, karena kondisi Ibukota Jakarta yang harus selalu kondusif, ini yang menyebabkan pihak Kepolisian seringkali tidak memberikan izin pertandingan dengan alasan keamananan. Sempat pada saat Pemilu Persija harus rela berpindah kandang ke Arema, masalah ini sangat merugikan, terutama bagi para suporternya The Jak Mania.
Masalah lain yang membuat pihak Kepolisian tidak memberikan izin pertandingan adalah ulah para suporter The jak Mania yang seringkali menggangu ketertiban umum. Suporter The Jak Mania yang tidak terkoordinasi dengan baik meyebabkan sulit untuk diberikan tindakan tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan. Ini merupakan pekerjaan rumah yang sulit bagi para pengurus The Jak Mania.
Akhirnya senin malam Pihak Kepolisian memberikan izin melaksanakan pertandingan untuk Persija Jakarta dengan syarat tidak ada suporter Persipura Jayapura yang ikut menyaksikan di stadion Gelora Bung Karno. Ini dilakukan untuk mengantisipasi tindakan keributan antar suporter. Namun, pihak panpel tetap menyediakan tempat bagi para suporter Persipura Jayapura yang datang secara tidak terkoordinir.
Selasa sore Stadion Gelora Bung Karno kembali didominasi warna orange, para The Jak Mania dari seluruh pelosok Jakarta berkumpul untuk menyaksikan tim kesayangannya bertanding. Seluruh polisi sudah siap menjaga keamanan di sekitar Stadion Gelora Bung Karno. Terlihat dari jumlah pesonil Kepolisian yang sekitar 1000 orang dan 2 kendaraan watercanon yang sudah berjaga di sekitar pintu masuk Stadion. Sebagian suporter sudah memasuki stadion, namun masih banyak pula para suporter yang masih berada di luar stadion. Setelah kick off babak pertama dimulai, terdengar suara teriakan-teriakan dari luar stadion, ternyata para suporter yang masih berada di luar stadion tidak memiliki tiket masuk ke dalam stadion dan memaksa untuk tetap masuk dengan menjebol pagar pintu stadion. Keadaan semakin memanas sehingga terjadi bentrok antara suporter dan pihak Kepolisian. Pada akhirnya polisi mengalah dan membiarkan para suporter untuk masuk ke dalam stadion.
Di dalam stadion suasana sangat bergemuruh oleh suara nyanyaian para suporter dan suara drum yang di tabuh dengan irama yang menghentak. Belum lagi dengan aksi-aksi para suporter yang aktraktif menari-nari sesuai dengan komando yang diberikan oleh pemimpin lapangan. Pria dan wanita, muda dan tua, tidak ada perbedaan, semua bernyanyi, menari dengan penuh semangat. Namun, sempat beberapa kali semua diam setelah gawang tim kesayangannya dijebol oleh tim lawan. Keadaan ini tidak berlangsung lama, para suporter tetap mendukung tim kesayangannya sampai pluit akhir ditiup.
Inilah wajah sepakbola Indonesia yang masih tidak profesional dalam menyelenggarakan pertandingan-pertandingan di liga. Tidak adanya jadwal yang pasti pada pelaksanaan pertandingan, membuat banyak pihak yang dirugikan. Para suporter yang ingin mendukung tim kesayangannya terkadang harus kecewa oleh tertunda atau dibatalkannya pertandingan. Ini merupakan permasalahan yang harus diselasaikan dengan profesional. Para pengurus kelompok suporter harus bekerja ekstra keras untuk menjaga agar para anggotanya tidak melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu ketertiban umum. Ini merupakan tanggung jawab semua pihak, dan harus diselasaikan dengan profesional. Semua ini dilakukan untuk kemajuan sepakbola Indonesia.
Pada hari Selasa, 16 Maret 2010. Para suporter The Jak Mania kembali dapat menyaksikan tim kesayangannya Persija Jakarta kembali berlaga melawan Persipura Jayapura di Stadion Gelora Bung Karno. Akhirnya pihak Kepolisian mengeluarkan izin melaksanakan pertandingan kepada panpel pertandingan Persija Jakarta.
Persija Jakarta sering kali tidak mendapatkan izin melaksanakan pertandingan dikandangnya sendiri, karena kondisi Ibukota Jakarta yang harus selalu kondusif, ini yang menyebabkan pihak Kepolisian seringkali tidak memberikan izin pertandingan dengan alasan keamananan. Sempat pada saat Pemilu Persija harus rela berpindah kandang ke Arema, masalah ini sangat merugikan, terutama bagi para suporternya The Jak Mania.
Masalah lain yang membuat pihak Kepolisian tidak memberikan izin pertandingan adalah ulah para suporter The jak Mania yang seringkali menggangu ketertiban umum. Suporter The Jak Mania yang tidak terkoordinasi dengan baik meyebabkan sulit untuk diberikan tindakan tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan. Ini merupakan pekerjaan rumah yang sulit bagi para pengurus The Jak Mania.
Akhirnya senin malam Pihak Kepolisian memberikan izin melaksanakan pertandingan untuk Persija Jakarta dengan syarat tidak ada suporter Persipura Jayapura yang ikut menyaksikan di stadion Gelora Bung Karno. Ini dilakukan untuk mengantisipasi tindakan keributan antar suporter. Namun, pihak panpel tetap menyediakan tempat bagi para suporter Persipura Jayapura yang datang secara tidak terkoordinir.
Selasa sore Stadion Gelora Bung Karno kembali didominasi warna orange, para The Jak Mania dari seluruh pelosok Jakarta berkumpul untuk menyaksikan tim kesayangannya bertanding. Seluruh polisi sudah siap menjaga keamanan di sekitar Stadion Gelora Bung Karno. Terlihat dari jumlah pesonil Kepolisian yang sekitar 1000 orang dan 2 kendaraan watercanon yang sudah berjaga di sekitar pintu masuk Stadion. Sebagian suporter sudah memasuki stadion, namun masih banyak pula para suporter yang masih berada di luar stadion. Setelah kick off babak pertama dimulai, terdengar suara teriakan-teriakan dari luar stadion, ternyata para suporter yang masih berada di luar stadion tidak memiliki tiket masuk ke dalam stadion dan memaksa untuk tetap masuk dengan menjebol pagar pintu stadion. Keadaan semakin memanas sehingga terjadi bentrok antara suporter dan pihak Kepolisian. Pada akhirnya polisi mengalah dan membiarkan para suporter untuk masuk ke dalam stadion.
Di dalam stadion suasana sangat bergemuruh oleh suara nyanyaian para suporter dan suara drum yang di tabuh dengan irama yang menghentak. Belum lagi dengan aksi-aksi para suporter yang aktraktif menari-nari sesuai dengan komando yang diberikan oleh pemimpin lapangan. Pria dan wanita, muda dan tua, tidak ada perbedaan, semua bernyanyi, menari dengan penuh semangat. Namun, sempat beberapa kali semua diam setelah gawang tim kesayangannya dijebol oleh tim lawan. Keadaan ini tidak berlangsung lama, para suporter tetap mendukung tim kesayangannya sampai pluit akhir ditiup.
Inilah wajah sepakbola Indonesia yang masih tidak profesional dalam menyelenggarakan pertandingan-pertandingan di liga. Tidak adanya jadwal yang pasti pada pelaksanaan pertandingan, membuat banyak pihak yang dirugikan. Para suporter yang ingin mendukung tim kesayangannya terkadang harus kecewa oleh tertunda atau dibatalkannya pertandingan. Ini merupakan permasalahan yang harus diselasaikan dengan profesional. Para pengurus kelompok suporter harus bekerja ekstra keras untuk menjaga agar para anggotanya tidak melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu ketertiban umum. Ini merupakan tanggung jawab semua pihak, dan harus diselasaikan dengan profesional. Semua ini dilakukan untuk kemajuan sepakbola Indonesia.
MENUNGGU DAN MENUNGGU
Menunggu adalah situasi antara bebas dan tak bebas. Menunggu merupakan kegiatan yang sangat membosankan, banyak manusia di dunia ini setuju dengan pernyataan tersebut. Terlebih jika menunggu diakibatkan oleh kesalahan manusia, bukan karena faktor alam. Pengalaman menunggu pernah saya alami pada saat akan berangkat ke Indonesia. Pada tanggal 21 Mei 1996, di Bandara Changi, Singapura, saya bersama teman yang bernama Mardenez akan berangkat ke Indonesia untuk melakukan pendakian di Gunung Gede, Pangrango. Entah ada kejadian apa jadwal penerbangan saya harus ditunda selama kurang lebih 5 jam. Selama mununggu saya memilih untuk berjalan-jalan di dalam bandara, ternyata bandara Changi adalah bandara yang sangat luas dan memiliki interior yang modern. Setelah lelah berkeliling bandara, saya dan teman memilih untuk tidur-tiduran di ruang tunggu bandara. Di dalam ruang tunggu ada beberapa orang yang sedang menunggu. Ada 2 orang tua yang sedang berdiskusi sangat serius, sepertinya mereka adalah rekan bisnis. Dan ada juga pasangan yang sangat mesra, mungkin baru menikah dan akan berbulan madu di Indonesia.
Sambil tiduran dan membaca buku pedoman melakukan pendakian di Gunung Gede, Pangrango, Banyak diskusi-diskusi yang saya lakukan bersama teman mengenai persiapan pendakian. Mulai dari apa saja yang harus di catat selama perjalanan sampai bagaimana mengevalusi hasil pendakian. Pada pendakian ini saya dan teman ingin meneliti tentang berbagai jenis tanaman yang ada di Gunung Gede, Pangrango. Saya bertanya kepada teman “apakah kamu sudah yakin dengan pendakian ini?” jawab teman saya “ya, saya sangat yakin dengan pendakian ini.” “mudah-mudahan kita mendapatkan hasil yang baik dan bermanfaat dari pendakian ini.” “pasti akan bermanfaat, karena hasil penelitian ini akan menjadi pengetahuan baru bagi orang banyak.”
Dengan adanya keterlambatan penerbangan membuat saya lebih yakin lagi melakukan pendakian, sebenarnya kegiatan menunggu tidak selamanya merugikan, jika dimanfaat dengan baik maka menunggu bisa menjadi kegiatan yang tidak sia-sia. Manfaatkanlah waktu yang ada sebaik-baiknya, karena waktu tidak dapat di minta untuk dibalikkan kembali.
Sambil tiduran dan membaca buku pedoman melakukan pendakian di Gunung Gede, Pangrango, Banyak diskusi-diskusi yang saya lakukan bersama teman mengenai persiapan pendakian. Mulai dari apa saja yang harus di catat selama perjalanan sampai bagaimana mengevalusi hasil pendakian. Pada pendakian ini saya dan teman ingin meneliti tentang berbagai jenis tanaman yang ada di Gunung Gede, Pangrango. Saya bertanya kepada teman “apakah kamu sudah yakin dengan pendakian ini?” jawab teman saya “ya, saya sangat yakin dengan pendakian ini.” “mudah-mudahan kita mendapatkan hasil yang baik dan bermanfaat dari pendakian ini.” “pasti akan bermanfaat, karena hasil penelitian ini akan menjadi pengetahuan baru bagi orang banyak.”
Dengan adanya keterlambatan penerbangan membuat saya lebih yakin lagi melakukan pendakian, sebenarnya kegiatan menunggu tidak selamanya merugikan, jika dimanfaat dengan baik maka menunggu bisa menjadi kegiatan yang tidak sia-sia. Manfaatkanlah waktu yang ada sebaik-baiknya, karena waktu tidak dapat di minta untuk dibalikkan kembali.
Agus Diantara Pekerjaan Dan Hobi
Pemuda ini bernama Agus, ia lahir di Bogor tepat pada Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1991. Orang asli Bogor ini memilih bekerja di kantin Fisip (Takor) sejak 2 tahun lalu, alasannya ingin membantu orang tua untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Sebagai anak ke 2 dari 4 bersaudara ini, Agus memiliki tanggung jawab yang besar kepada keluarganya. “jangan seperti kakaknya yang hanya lulusan SD, paling ga sampe SMA lah”.
Awal kedatangannya ke Depok ketika mamangnya yang bernama H. Ari membutuhkan karyawan untuk membantu usahanya di kantin Fisip (takor). Akhirnya Agus diajak oleh mamang Ari untuk membantu di kantin.
Selama di Depok Agus menumpang di rumah mamang Ari di Jl. Margonda Raya, Tepatnya di Gang Kompas. Jam kerja Agus dmulai pukul 7 pagi sampai pukul 8 malam. Pekerjaan Agus pada awalnya hanya mengantarkan makanan dan minuman yang dipesan oleh mahasiswa, namun sekarang sudah mulai bisa memasak makanan. “yang ngajarin mamang Ari, katanya biar kerjanya ga bosen, masa cuma nganter-nganterin pesenan makanan aja.”
Menurut Agus bekerja di Takor banyak suka dukanya, Dukanya ada saja mahasiswa yang ngutang makanan atau minuman. “Tapi tidak apa-apa sih, mereka pasti akan bayar juga.” Sukanya karena anak-anak Fisip baik-baik. “malah saya sering diajak maen futsal sama anak-anak mahasiswa, biasanya maen futsalnya seminggu sekali.” Kebetulan Agus memiliki hobi bermain bola. Cita-cita Agus adalah ingin menjadi pemain bola profesioanal, biar seperi Bambang Pamungkas yang merupakan idolanya. Pada waktu di Bogor Agus memiliki klub sepak bola yang bernama Wana Jaya, tim ini merupakan tim kebanggaan dikampungnya karena sering menjuarai beberapa kompetisi. Selama bekerja di Depok ia sudah jarang sekali bermain sepak bola bersama tim di Bogor, “paling klo lagi sempet aja, kaya libur semester, kan bisa pulang ke Bogor.
Kegiatan agus sehari-hari memiliki 2 sisi penting, yaitu antara bekerja dan hobinya. Ini merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, antara mencari uang untuk kebutuhannya sehari-hari dan membiayai adik-adiknya sekolah serta bermain bola sebagai media refreshing.
Awal kedatangannya ke Depok ketika mamangnya yang bernama H. Ari membutuhkan karyawan untuk membantu usahanya di kantin Fisip (takor). Akhirnya Agus diajak oleh mamang Ari untuk membantu di kantin.
Selama di Depok Agus menumpang di rumah mamang Ari di Jl. Margonda Raya, Tepatnya di Gang Kompas. Jam kerja Agus dmulai pukul 7 pagi sampai pukul 8 malam. Pekerjaan Agus pada awalnya hanya mengantarkan makanan dan minuman yang dipesan oleh mahasiswa, namun sekarang sudah mulai bisa memasak makanan. “yang ngajarin mamang Ari, katanya biar kerjanya ga bosen, masa cuma nganter-nganterin pesenan makanan aja.”
Menurut Agus bekerja di Takor banyak suka dukanya, Dukanya ada saja mahasiswa yang ngutang makanan atau minuman. “Tapi tidak apa-apa sih, mereka pasti akan bayar juga.” Sukanya karena anak-anak Fisip baik-baik. “malah saya sering diajak maen futsal sama anak-anak mahasiswa, biasanya maen futsalnya seminggu sekali.” Kebetulan Agus memiliki hobi bermain bola. Cita-cita Agus adalah ingin menjadi pemain bola profesioanal, biar seperi Bambang Pamungkas yang merupakan idolanya. Pada waktu di Bogor Agus memiliki klub sepak bola yang bernama Wana Jaya, tim ini merupakan tim kebanggaan dikampungnya karena sering menjuarai beberapa kompetisi. Selama bekerja di Depok ia sudah jarang sekali bermain sepak bola bersama tim di Bogor, “paling klo lagi sempet aja, kaya libur semester, kan bisa pulang ke Bogor.
Kegiatan agus sehari-hari memiliki 2 sisi penting, yaitu antara bekerja dan hobinya. Ini merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, antara mencari uang untuk kebutuhannya sehari-hari dan membiayai adik-adiknya sekolah serta bermain bola sebagai media refreshing.
POTRET JEMBATAN TEKSAS
Dalam fase kehidupan pasti ada yang menjembatani untuk melangkah ke fase berikutnya. Untuk melangkah dibutuhkan suatu usaha agar dapat meraih sukses dimasa depan. Teringat perkataan seorang guru kepada saya “ ingat usaha itu perlu”. Selain usaha, ada faktor lain yaitu pendidikan. Di jaman ini, pendidikan dinilai sebagai hal yang penting untuk bisa meraih kesuksesan di masa depan. Contohnya adalah mahasiswa yang berusaha dengan giat meyelesaikan kuliah-kuliahnya untuk bisa meraih gelar sarjana. Dengan gelar sarjana berharap dapat memperoleh pekerjaan untuk melangkah ke fase selanjutnya. Gelar sarjana ini yang menjembatani fase kehidupan, dari seorang mahasiswa menjadi seorang pekerja. Begitu pula jembatan “TEKSAS” yang dibangun oleh Universitas UI untuk menjembatani Fakultas Ilmu Budaya (sastra) dengan Fakultas teknik. Dengan adanya jembatan ini diharapkan akses antara sastra dan teknik menjadi mudah. Selain itu jembatan teksas ini sering digunakan oleh para mahasiswa untuk tempat berfoto-foto karena bentuknya yang artistik.
Langganan:
Postingan (Atom)